Sunday, August 7, 2011

Apa ?

Apa yang harus dimenangkan ?
saat kita disadari atau tidak tengah bermain di ladang harapan.
Apa yang harus dimengerti ?
saat kita terjebak dalam labirin hasrat untuk saling menemukan.
Apa yang harus diyakini ?
saat rumus-rumus baku takdir gagal menyediakan jawaban.
Apa yang harus ?
Apa yang tidak harus ?

a soliloquy.

Sudahlah. Jangan lagi kau baca tulisan-tulisan ku. Hanya jejak langkah seseorang tanpa tujuan !
“tapi bersamamu adalah tujuan”
Selamanya aku dihukum dalam penjara ketidakmengertian tentang tujuan.
“kau hanya tidak perlu kemana-mana”
Dan kita hanya tidak perlu bersama-sama.
“Mari membangun rumah, membesarkan anak, lalu mati bahagia”
Selamat Malam.

alur

Sebelum tanda tanya kita pasrahkan dijemput oleh letih dan kantuk.
Sebelum kita bosan meramu rumus hidup, mencipta pepatah, memeluk rima.
Sebelum kita sadar pagi telah menunggu sedari tadi dan malam tak henti-hentinya berteriak minta tolong.
Maknakan aku disitu.

Diantara megahnya jingga senja dan pasir bintang.
Diantara aroma debu dan rintik hujan.
Diantara prosa dan puisi.
Diantara parade tawa dan ancaman tangis.
Diantara buruan jarum jam dan beratnya langkah kaki.
Maknakan aku disitu.

Setelah itu biarlah jadi misteri.

Monday, August 1, 2011

it's only a kind of space.

Kemarin dulu kau pernah bertanya, "siapakah yang sedang jatuh cinta, cahaya atau mata ?"

Hari ini kau tetap menjadi Einstein, dan Aku memilih tetap menjadi Darwin.
 
Akh...tembok ini bahkan bukan tentang kita berdua.

Share Your Moments With Eiger

Salah satu perjalanan saya dengan Eiger Hikeholic adalah di Gunung Merbabu tanggal 2 juli 2011 lalu. Mendaki Gunung Merbabu melewati jalur wekas memang menjadi pilihan favorit saya sejak dulu jika ingin bersantai di akhir pekan. Setidaknya untuk sekedar mencari ketenangan ditengah hiruk pikuk kota Jogja. Cieee…gaya ! ;)

Singkat cerita, waktu itu saya mendaki bersama seorang wanita yang saya puja sejak lama, sebut saja namanya Namira. Oke…oke…saya mau jujur dulu, saya memang punya rencana untuk menyatakan perasaan saya ke dia begitu sampai di puncak. 

Kami berdua berangkat dari basecamp sekitar jam 4 pagi dan memutuskan untuk beristirahat lama di Pos 2. Seluruh logistik ‘meriah nan mewah’ yang saya packing di Hikeholic pun saya keluarkan. Namira yang tidak sempat menemani saya belanja geleng-geleng melihat seluruh bekal yang saya bawa. “kamu niat banget, sayang cuma bawa dua coklat, lain kali bawa sepuluh yah !” Perjalanan pun kami lanjutkan dari pos dua menuju puncak, mumpung masih cerah.

Karena Eiger Hikeholic dilengkapi dengan space khusus untuk tempat hydro-bag, maka setiap kali Namira merasa haus, ia hanya memanggil namaku dan membuka mulutnya. Saya pun otomatis mempersilahkan ia meminum air dari selang hydro-bag pada tas saya. 

Kalian tahu apa itu surga ? Itulah saat saya memandang teduh wajanya selagi ia meminum air. :)

Kami sampai di puncak menara sekitar jam 12 siang. Beristirahat sebentar, ngemil dan minum kopi. Satu jam kemudian saya pun mengajak dia untuk segera turun agar perjalanan tidak memakan waktu sampai sore. Setelah packing, saya pun menghampiri dia yang sedari tadi masih sibuk dengan hobi foto-fotonya itu. 

Soal menyatakan perasaan ? Disaksikan langsung oleh awan, matahari, dan gugusan puncak Sumbing dan Puncak Sindoro, kurang lebih inilah yang dia katakan pada saya :
 “Apa yang telah kamu lakukan selama ini telah melampaui apa yang kamu pikir harus kamu ucapkan sekarang atau bahkan esok lusa. Biarlah ini menjadi rahasia kecil kita berdua, Aku tau, kau tau aku ada”

Jujur saya gak tau yang ini namanya surga atau neraka.. :)

Singkat cerita (harus singkat karena kalo gak ntar malah jadi kayak Cinta Fitri), perjalanan turun seperti tanpa beban. Walau sedikit gerimis ketika tiba di pos 2, kamera dan handphone kami tetap aman didalam Hikeholic yang dilengkapi rain-cover.

Inilah perjalanan yang paling bermakna buat saya.